Selly Noverina
Dawai ku tak piawai dalam memainkan ritme setiap alur yang diinginkan.
Tetabuhan ku sumbang tak seirama.
Ada ratap dalam harap merepal doa-doa untuk memaduh kasih dalam dua teori memainkan dua dunia yang berbeda.
Bagaikan teori Big bang, meletupkan segala asa, meski langkah kian meragu.
Permainan aksaraku mendominasi memadu rasa dalam jiwa.
Sedangkan ilmu pastiku seakan mengalah bersama kabut tipis pergi berlahan.
Dalam nyata ada mimpi yang hadir selaksa menari-nari, Inginku memadu dunia Fisika dengan Sastra.
Selayaknya dinamika yang berpacu dalam waktu. Gerak roket dan recoil yang menembus ruang angkasa di jagat raya, Tumbukan yang mengisahkan dua pertumuan benda yang bertabrakan, selaknya ilmu pasti dan satra yang bertemu dan saling mengisi massa.
Bukan hanya maya,
semua akan nyata..
tegak, diperbesaR dalam lingkaran harap.

Selly Noverina

Arti Kehilangan
Oleh : Selly Noverina

            Ramadhan tahun ini benar-benar berbeda bagi keluarga besarku. Pada awal bulan ramadhan ini kami belajar arti sebuah kehilangan. Rasa syukur akan bertemu bulan suci ramdhan begitu mengebu-gebu dalam hati kami, senang sekali rasannya bisa berjumpa lagi dengan bulan ramadhan karena malam ini sudah mulai sholat tarawih pikirku dalam hati.  Namun Allah berkata lain dengan kesenangan itu berganti akan rasa kehilangan karena Kakek pada pagi itu meningglkan kami untuk selamanya.
            “ Cepat pulang ke kampung halaman Kakek sudah di panggil Allah pagi ini ”. Suara telepon dari desa menyuruh kami untuk segera pulang.
            Tangis Mama tidak bisa terbendung saat menerima telepon tersebut. Kabar kepergian Kakek itu benar-benar membuat kami kaget. Kami sekeluarga langsung berangkat menuju desa pagi itu juga. Dengan terburu-buru kami pergi ke desa yang jarak tempuhnya cukup jauh dari kota Palembang. Selama di dalam perjalanan aku berusaha untuk menerawaang dan memutar kembali semua kenangan indah bersama Kakek karena aku merupakan cucu yang sangat dekat dengan beliau di waktu aku masih kecil.
            Ramadhan tahun lalu semburat senyum Kakek masih bisa kulihat dengan indah saat kami kumpul bersama seluruh keluarga besar. Foto-foto Kakek saat lebaran juga masih tersimpan baik di dalam album foto ku. Tidak kusangka tahun ini semua memori itu hanya menjadi kenangan yang indah karena Kakek sudah menghadap Allah terlabih dahulu. Rasa sedih itu masih saja menghampiriku mungkin bukan hanya aku yang merasa kehilangan tapi seluruh keluaga besarku.
***
            Waktu terus berjalan tanpa kusadari kami sudah sampai di desa. Terlihat tenda sudah terpasang di luar rumah. Banyak warga yang berdatangan untuk ziarah dirumah Kakek. Mataku kembali berkaca-kaca, segera ku tahan tetes air mata yang hendak keluar karena ku tak ingin mengeluarkan air mata di depan Nenek yang pasti jauh lebih kehilangan dariku. Di dalam rumah suasananya sudah sangat ramai sekali seluruh anak Kakek pulang ke desa tanpa terkecuali meskipun banyak dari mereka yang berada di luar Palembang.
           
Udara berhembus tenang seakan ikut merasakan kehilangan Kakek. Pukul 15.00 WIB Kakek di makamkan banyak pelayat yang ikut menghantarkan Kakek ke rumah terakhirnya. Hening suasana yang kurasakan semuannya mendoakan Kakek dengan tenang seakan berusaha ikhlas akan takdir Allah. Bagaimana pun semua manusia juga akan meninggalkan hanya waktu dan carannya saja yang tidak pernah kita ketahui karena semua itu adalah rahasia Allah.
***
Awal ramadhan tahun ini benar-benar berbeda kurasakan, ada hikmah yang luar bisa yang kurakan dari arti kehilangan seorang Kakek. Tujuh anak Kakek  berkumpul menjadi satu besarta keluarganya masing-masing di rumah Kakek. Suasana rumah benar-benar ramai dan kami semuannya melaksanakan sholat tarawih pertama di rumah Kakek. Benar-benar sejuk kurasakan saat aku bisa merasakan sholat berjamaah bersama seluruh keluarga besar kami.
“ Subhanallah betapa indah rencana Allah yang telah mengumpulkan keluarga besar kami semua di dalam rumah ini.” Rintihku dalam hati.
Usai melaksanakan sholat terawih kami sekeluarga bersiap-siap untuk menyambut tamu karena kami mengundang orang-orang untuk membaca Yasin bersama. Lagi-lagi rasa syukur terucap dari mulut keluarga kami. Alhamdulilah banyak orang yang datang kerumah pada malam itu.
Saat subuh menjelang kami semua makan sahur bersama di dapur walaupun dengan lauk yang sederhana namun nikmatnya saat berkumpul bersama kelurga besar sangat hangat kurasakan. Sungguh memori yang sangat indah kurasakan saat seluruhnya kumpul menjadi satu. Berkumpul bersama sepupuku yang jarang sekali bertemu dan tahun ini kami berkumpul dan melaksanakan sahur bersama. Ada rasa kasih sayang yang luar bisa ku rasakan saat satu keluarga besar berkumpul menjadi satu.
***
Tahlilan di lakukan selama tiga hari berturut-turut pada hari ketiga tahlilan di laksanakan sebelum berbuka puasa dan seluruh orang yang datang di ajak untuk berbuka puasa bersama. Hiruk pikuk kami sebagai tuan rumah mempersiapkan segala sesuatu untuk berbuka pusa bersama serta tahlilan sangat kompak. Kerjasama yang kami lakukan sangatlah baik sekali berbagi tugas dalam menyelesaikan segala sesutau mempersiapkan untuk sore nanti di waktu berbuka dan tahlilah.
Ada kenikmatan tersendiri yang bisa aku rasakan saat bisa berbagi dan berbuka pusa dengan banyak orang di rumah Kakek. Benar-benar Susana yang tak akan penah akau lupakan dalam perjalanan hidupku. Senang sekali rasannya bisa membuatkan makanan berbuka puasa untuk para tamu yang akan tahlilan di rumah Kakek. Melaksanakan sholat maghrib dan terawih berjamaah bersama tamu yang datang karena rumah Kakek sangat luas dan memungkinkan untuk menampung ratusan orang untuk melaksanakan sholat berjamaah. Sungguh, nikmat yang tida tara yang ku rasakan pada bulan ramadhan tahun ini.
 Kehilangan akan hadirnya Kakek memberikan banyak hikmah yang tersurat dalam jiwa ku.Banyak hal yang bisa aku syukuri di setiap denyut nadiku, tahun ini aku masih bisa merasakan nikmatnya bulan suci Ramadhan namun entah tahun depan. Seperti halnya Kakek yang tahun lalu masih hadir di tengah-tengah kami namun tahun ini beliau telah terlebih dahuu menghadap Allah. Waktu telah menghempaskan tubuh ini untuk selalu mengintropeksi diri mensyukuri setiap denyut nadi yang masih menemani hari-hari karena aku jua tak pernah tahu kapan malaikat menjemput.
 Arti kehilangan tidak selamannya hanya menimbulkan kesedihan namun di balik semua itu membuat kita banyak mengerti berbagai hal dan bisa mendekatkan diri kepada Allah. Sungguh awal ramadhan yang sangat berbeda dari tahun-tahun yang lalu namun sangat bermakna apabila bisa mengambil hikmah dari semua itu. Manfaatkanlah bulan suci untuk selalu dekat dengan-Nya karena kita tidak pernah tahu apa yang terjadi hari ini esok dan seterusnya.
Selly Noverina
            Bermimpilah mimpi yang besar yakinlah dengan sepenuh hati bahwa Tuhan akan membantumu dalam mewujudkan setiap repal-repal harapan yang engkau simpan di pelupuk jiwamu. 
Melangkahlah dalam dekap inajinasimu yang sangat engkau harapkan untuk jadi nyata karena menurtuku tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan telah berkata kun faya kun. Semuannya pasti akan terwujud jika Tuhan telah mengijinkannya.
           
        Aku akan terus berjalan menempuh kehidupanku, meski terkadang terasa lelah dan penat. Ku goreskan semua mimpi itu dalam selembar kertas dan aku yakin suatu saat nanti satu persatu semuannya kan terwujud.
Dengan usaha yang keras dan doa tentunnya.

         Jangan menyerah, Jangan menyerah meski terkadang ada bulir-bulir air mata yang mulai jatuh kepelupuk mata saat rasa lelah menghampiri. Namun, ku akan terus berusaha mewujudkan semua mimpiku mimpi  yang akan jadi nyata.
Aamiin.

        Berani bermimpi, berani menjadi kreatif, tekadkan semua harapanmu itu dalam aliran darahmu. Dan engkau akan menjadi pemegang dunia. Teruslah berlari menerobos semua rasa lelah dan ketakutanmu. Mereka bisa sukses mengapa kita tidak ??

Bangkitlah selalu untukku dan kalian semua.
Beranilah bermimpi dan wujudkan mimpimu,
Semangat, Allah SWT selalu bersama kita.
SUCCES

^__________^

Palembang, 30 Desember 2011
Selly Noverina

Aku mulai membenci semua keadaan ini. Lelah yang amat sangat terus menerjangku, menertawakan setiap kesendirian yang ku jalani saat. Tak ada satu pun yang perduli atau mereka acuh terhadap semua keadaan yang sebenarnya melihat lihat ini ? Sungguh meringis melihat semua keadaan ini.Rasa penat itu titba-tiba datang meghampiriku, menggetuk altar hati dan berbisik akan semua kelelahan yang selaluu ku terjang.
 Dari bilik jendela kayu yang lapuk sang bayu menyelinap masuk menampar-nampar semua sendili tulang. Langit hari ini mendung, awan pun menangis. Beberapa hari ini atap rumahku terus di basahai tangisan hujan. Tubuh mungil ini pun selalu menari-nari indah mengikuti irama tangisan awan, aku suka menari bersama awan karena aku dapat menitihkan air mata kepenatanku bersama tangisan awan tanpa ada yang bisa membedakankannya karena kami satu bening sebening embun yang setia pada paginnya.        
♥♥♥
Dari luar kamar hujan begitu daras, aku merasakan ada kesejukkan yang di bawa oleh tangisan sang hujan. Uadara yang ia berikan menusuk-nusuk tulangku dan membuat tubuhku kaku dang mengigil dengan hebat. Gemuruh petir pun silih berganti bersahut-sahutan. Setidaknya keadaaan ini mampu membuat jiwa yang gamang ini bisa lebih tenang.          
Jiwa mungil ini tak pernah tahu sampai kapan ia harus bertahan dalam semua keadaan yang sebenarnya membuat ia merasa kesakitan yang amat sangat. Saat di mana ia harus berjuang melawan semua rasa sakitnya ia terus berusaha memberikan kesejukkan kepada benih yang ia tanam berharap suatu saat nanti benih itu bisa tumbuh dan tumbuh menjadi kokoh.      
   Entah ini yang ke berapa kalinnya aku menitihkan air mata. Kedua mataku mengabur oleh cairan bening yang terus mengenang. Bayangkan saja dua bulan terakhir ini ada dua ivent yang sangat besar yang melibatkan namaku sebagai panitia.  Semua itu menyita waktu istirahat yang seharusnya harus ku jalani karena dokter sudah pernah menyuruhku banyak-banyak istirahat.
            Hening menggelayuti tubuhku setelah pulang dari aktifitas kampus hari ini.  Hari ini benar-benar melelahkan karena dari pagi hingga aku menginjakkan kaki ke rumah handpon selalu bordering.   Saat pelajaran statistika berlangsung ada 10 panggilan tak terjawab, bukan sengaja tidak menjawab karena lagi belajar handpon itu tetap tergeletak di atas meja. Saat ada waktu luang langsung saja tangan ini mengangkat handphon yang merenggek itu.
“ Gimana tempat acara hari minggu besok, sudah kamu urus ? “ Tanya seseorang di sebarang sana.
“ Iya, suratnya izinnya sudah aku ketik dan tinggl menemui penjaga tempatnya saja.” Jawabku dengan ramah.
“ Oke, kalau semuannya sudah di urus kamu lanjuntin mengurus kansumsi untuk acara minggu besok ya.”
“ Iya.” Aku menepak jidatku sendiri.
Kapan aku ada waktu sejenak untuk melepas penat. Sedih sekali rasannya melihat organisasi yang ku geluti di kampus ini seperti tak ada pneghuni. Awalnbya kami beranggotakan 50 lebih dan semakin hari semakin menyusut. Kini, aku merasa sendiri di dalam organisasi itu. Setan pun mulai mengahntui untuk poergi saja dari lingkaran keadaan. Batin ke\cil ini menjerit, merontah untuk bertahan bukan karena apa-apa yang ku pikirkan adalah nrasa tanggung jawabku kepa Allah kelak.
“ Sesulit apa jalan yang ku tempuh aku harus bisa mempertanggung jawabkannya karena itu pilihanku. Jangan pernah mundur di tengah jalan dan membiarkannya terlantar karena tidak ada rasa tanggung jawab.”
♥♥♥
Tak berhenti sampai sini saja, masih saja banyak pesan singkat yang masuk menannyakan masah kegiatan AMS. Sedikit pun tak pernah tangan ini mengajung kan untuk meminta menjadi panitia namun nama ku selalu jadi daftar barisan panitia. Sebel.
“ Assalamualaikum, benar dengan mbk Selly ? “
“ iya, afwan ini siapa ya ?
“ Mbak, saya Ibu rumah tangga, saa mau mendaftarkan anak lomba puisi. “
Perbincangan antara Ibu itu berlangsung cukup lama, mungkin sekitar 30 menit. Hari ini bener-bener buat kepala ku pusing, sampai malam pun aku masih di cari. Udah mirip burunan aja. Penat rasanya, sempet kepikiran untuk matiin no utama hp ku dan mengaktifkan no hp yang  hanya di ketahui satu orang saja.
♥♥♥

           Akhirnya aku tenggelam bersama melewati kepenatan hari ini bersama suara dan nyanyian di tengah malam bersama keheningan



Selly Noverina
Terlalu menyayat perasaan dan jiwa ku..
Terlalu sakit yang kurasakan..
Apakah semua ini harus berakhir dengan sendirinya..??
Apakah semua ini  harus terkubur dalam perjalanan waktu ??

Di sini aku terus bertahan.
Menunggmu..
Tanpa ku sadari butiran hujan ini telah membasahi pipiku.
Awan pun berselimut kabut tebal..

Apakah kau masih menyimpan memori itu.. ??
masihkah kau menjaga janji itu... ???
Aku hanya bisa terdiam..
Semua kata-kata ku tertahan..

Hati ini akan terus bertahan..
Setegar batu karang..
Jika nanti penantian itu telah usang oleh waktu..
biarkan aku tetap bertahan dengan semua penantian panjangku ini..

Hingga aku mengelah nafas terakhirku..
Hingga aku melewat iembatan SIROTHALLL MUSTAQIN.
Hingga aku menhadap pemilik nyawaku..
Hingga aku harus mengakhiri semuanya di dunia ini untuk menghadap Allah..


Aku akan tetap bertahan dengan semua penantianku ini.
Meskipun suatu saat nanti engkau tak datang kembali untukku.
Aku akan tersenyum bahagia ..
Meskipun senyumku adalah senyum duka yang menyayat hati..

Apakah engkau akan datang dalam penantianku ?
Sedangkan mulutmu tak berucap satu katapun.
Sekali lagi aku akan tetap bertahan..
Di sini di kota ini, di Negara ini.. !!!


Aku takkak pernah lelah n menyerah begitu saja.. !
jika kita tdk bertemu di sini..
kita akan bertemu di Syurga...
ku nanti kau hingga di syurga