Arti Kehilangan
Oleh : Selly Noverina
Ramadhan
tahun ini benar-benar berbeda bagi keluarga besarku. Pada awal bulan ramadhan ini
kami belajar arti sebuah kehilangan. Rasa syukur akan bertemu bulan suci
ramdhan begitu mengebu-gebu dalam hati kami, senang sekali rasannya bisa berjumpa
lagi dengan bulan ramadhan karena malam ini sudah mulai sholat tarawih pikirku
dalam hati. Namun Allah berkata lain
dengan kesenangan itu berganti akan rasa kehilangan karena Kakek pada pagi itu
meningglkan kami untuk selamanya.
“
Cepat pulang ke kampung halaman Kakek sudah di panggil Allah pagi ini ”. Suara
telepon dari desa menyuruh kami untuk segera pulang.
Tangis
Mama tidak bisa terbendung saat menerima telepon tersebut. Kabar kepergian
Kakek itu benar-benar membuat kami kaget. Kami sekeluarga langsung berangkat
menuju desa pagi itu juga. Dengan terburu-buru kami pergi ke desa yang jarak
tempuhnya cukup jauh dari kota Palembang. Selama di dalam perjalanan aku
berusaha untuk menerawaang dan memutar kembali semua kenangan indah bersama
Kakek karena aku merupakan cucu yang sangat dekat dengan beliau di waktu aku
masih kecil.
Ramadhan
tahun lalu semburat senyum Kakek masih bisa kulihat dengan indah saat kami
kumpul bersama seluruh keluarga besar. Foto-foto Kakek saat lebaran juga masih
tersimpan baik di dalam album foto ku. Tidak kusangka tahun ini semua memori
itu hanya menjadi kenangan yang indah karena Kakek sudah menghadap Allah
terlabih dahulu. Rasa sedih itu masih saja menghampiriku mungkin bukan hanya
aku yang merasa kehilangan tapi seluruh keluaga besarku.
***
Waktu
terus berjalan tanpa kusadari kami sudah sampai di desa. Terlihat tenda sudah
terpasang di luar rumah. Banyak warga yang berdatangan untuk ziarah dirumah
Kakek. Mataku kembali berkaca-kaca, segera ku tahan tetes air mata yang hendak
keluar karena ku tak ingin mengeluarkan air mata di depan Nenek yang pasti jauh
lebih kehilangan dariku. Di dalam rumah suasananya sudah sangat ramai sekali
seluruh anak Kakek pulang ke desa tanpa terkecuali meskipun banyak dari mereka
yang berada di luar Palembang.
Udara berhembus tenang seakan ikut merasakan
kehilangan Kakek. Pukul 15.00 WIB Kakek di makamkan banyak pelayat yang ikut
menghantarkan Kakek ke rumah terakhirnya. Hening suasana yang kurasakan
semuannya mendoakan Kakek dengan tenang seakan berusaha ikhlas akan takdir
Allah. Bagaimana pun semua manusia juga akan meninggalkan hanya waktu dan
carannya saja yang tidak pernah kita ketahui karena semua itu adalah rahasia
Allah.
***
Awal ramadhan tahun ini benar-benar berbeda kurasakan,
ada hikmah yang luar bisa yang kurakan dari arti kehilangan seorang Kakek.
Tujuh anak Kakek berkumpul menjadi satu
besarta keluarganya masing-masing di rumah Kakek. Suasana rumah benar-benar
ramai dan kami semuannya melaksanakan sholat tarawih pertama di rumah Kakek.
Benar-benar sejuk kurasakan saat aku bisa merasakan sholat berjamaah bersama
seluruh keluarga besar kami.
“ Subhanallah betapa indah rencana Allah yang telah
mengumpulkan keluarga besar kami semua di dalam rumah ini.” Rintihku dalam
hati.
Usai melaksanakan sholat terawih kami sekeluarga
bersiap-siap untuk menyambut tamu karena kami mengundang orang-orang untuk
membaca Yasin bersama. Lagi-lagi rasa syukur terucap dari mulut keluarga kami.
Alhamdulilah banyak orang yang datang kerumah pada malam itu.
Saat subuh menjelang kami semua makan sahur bersama di
dapur walaupun dengan lauk yang sederhana namun nikmatnya saat berkumpul
bersama kelurga besar sangat hangat kurasakan. Sungguh memori yang sangat indah
kurasakan saat seluruhnya kumpul menjadi satu. Berkumpul bersama sepupuku yang
jarang sekali bertemu dan tahun ini kami berkumpul dan melaksanakan sahur
bersama. Ada rasa kasih sayang yang luar bisa ku rasakan saat satu keluarga
besar berkumpul menjadi satu.
***
Tahlilan di lakukan selama tiga hari berturut-turut
pada hari ketiga tahlilan di laksanakan sebelum berbuka puasa dan seluruh orang
yang datang di ajak untuk berbuka puasa bersama. Hiruk pikuk kami sebagai tuan
rumah mempersiapkan segala sesuatu untuk berbuka pusa bersama serta tahlilan
sangat kompak. Kerjasama yang kami lakukan sangatlah baik sekali berbagi tugas
dalam menyelesaikan segala sesutau mempersiapkan untuk sore nanti di waktu
berbuka dan tahlilah.
Ada kenikmatan tersendiri yang bisa aku rasakan saat
bisa berbagi dan berbuka pusa dengan banyak orang di rumah Kakek. Benar-benar
Susana yang tak akan penah akau lupakan dalam perjalanan hidupku. Senang sekali
rasannya bisa membuatkan makanan berbuka puasa untuk para tamu yang akan
tahlilan di rumah Kakek. Melaksanakan sholat maghrib dan terawih berjamaah
bersama tamu yang datang karena rumah Kakek sangat luas dan memungkinkan untuk
menampung ratusan orang untuk melaksanakan sholat berjamaah. Sungguh, nikmat
yang tida tara yang ku rasakan pada bulan ramadhan tahun ini.
Kehilangan akan
hadirnya Kakek memberikan banyak hikmah yang tersurat dalam jiwa ku.Banyak hal
yang bisa aku syukuri di setiap denyut nadiku, tahun ini aku masih bisa
merasakan nikmatnya bulan suci Ramadhan namun entah tahun depan. Seperti halnya
Kakek yang tahun lalu masih hadir di tengah-tengah kami namun tahun ini beliau
telah terlebih dahuu menghadap Allah. Waktu telah menghempaskan tubuh ini untuk
selalu mengintropeksi diri mensyukuri setiap denyut nadi yang masih menemani
hari-hari karena aku jua tak pernah tahu kapan malaikat menjemput.
Arti kehilangan
tidak selamannya hanya menimbulkan kesedihan namun di balik semua itu membuat
kita banyak mengerti berbagai hal dan bisa mendekatkan diri kepada Allah.
Sungguh awal ramadhan yang sangat berbeda dari tahun-tahun yang lalu namun
sangat bermakna apabila bisa mengambil hikmah dari semua itu. Manfaatkanlah
bulan suci untuk selalu dekat dengan-Nya karena kita tidak pernah tahu apa yang
terjadi hari ini esok dan seterusnya.