Selly Noverina
        Aku semakin lelah dengan keadaan ini, entahlah rasannya muak dengan semua rutinitas terapi ini. Namun, aku tidak boleh menghentikannya hingga keadaan ini benar-benar sembuh. Hari ini 17 Mei 2012 aku kembali ketempat ini. Seperti biasa, aku di temani kakak perempuanku Fini. Aku menerka bahwa pasien yang berobat hari ini pasti banyak sekali, yah wajar saja aku berkata seperti itu karena hari ini adalah hari libur. Seperti terapi yang sudah-sudah aku barengkat dari rumah pukul 07.00 sampai di sana pukul 08.00 dan mendapatkan nomor antrian 46.
        Sifat acuhku kembali menjadi ketika menginjakkan kaki disini. Rasannya aku ingin pulang saja dan menghentikan semuannya. Dua minggu kemarin aku berhasil meloloskan diri dari terapi namun untuk minggu ini sepertinnya tidak bisa. Sekuat apapun aku mencoba memberontak aku semakin merasa lelah dan melangkah kan kaki kembali ketempat ini.
           Sangat sulit untuk mengerti kedaanku sekarang ini. Seakan hilang arah, tersesat dan lupa jalan pulang. Saat duduk di tempat ini aku hanya berkutat dengan pemikiran-pemikran yang tak tentu arah. Coba saja kalian bayangkan betapa padatnya tempat ini, padat dengan manusia-manusia yang memiliki sakit yang beraneka ragam. Salah satunnya aku pasiennya.
            Diruang tunggu banyak terdapat anak kecil. Aku semakin miris saat datang kesini dan harus bertatapan langsung dengan mata bening anak kecil. Mata yang indah dan penuh ketulusan. Seperti cerita-cerita Sisi yang berbeda yang selalu aku tulis ketika selesai terapi, aku selalu mengatakan bahwa aku tidak kuat mendengar jerit tangis mereka menahan rasa sakit yang harus mereka lawan.
             Lihatlah, di teras depan tempat ini ada seorang Ibu yang menggendong anaknya. Ada yang berbeda dengan anak kecil itu, ia penderita hidrosefalus . Aku benar-benar merasa rapuh dan sangat rapuh saat berada di tempat ini. Aku lemah saat harus berhadapan langsung dengan mereka bocah kecil bermata bening. Aku hanya bisa menunduk lesu, melihat semua pasien yang lalu lalang di hadapanku.
                 Hari ini benar-benar kompleks sekali. Bukan hanya penderiata hidrosefalus yang kutemu namun ada juga adik kecil yang memiliki sakit ginjal. Astagfirulah, pikiranku semakin tidak menentu ketika berada di sini. Jujur, aku sudah lelah melakukan terapi ini.
                " Baru 4 kali tearapi saja aku sudah lelah dan menggerutu dalam hati. Bagai mana dengan mereka yang terus menjalani terapi hampir satu tahun. Bagai mana rasanya seorang Ibu yang harus menguatkan anaknya dan menemani anaknya terapi. Bagaimana rasannya seorang Bapak yang turut menguatkan istrinya saat menemani sang anak terapi. Bagai mana ? Bagaimana rasannya? "
                Apakah kalian tau bagaimana rasannya?. Aku mencoba menerka dan menyelami dunia mereka. Mereka orang tua yang habat dan tegar. Betapa luas lautan kasih sayang orang tua kepada anaknya. Bagimanapun kedaan anaknnya orang tua akan selalu membanjiri anak-anaknya dengan sentuhan lembut kasih sayang. Meluangkan banyak waktu demi kesehatan anaknya. Tidak ada orang tua yang ingin menelantarkan anaknya begitu saja. Setiap renggengkkan yang keluar dari bibir sang anak tak kan mampu membuat orang tua merasa ingin meninggalkan anaknya begitu saja. Yah, kasih sayang orang tua sepanjang masa.
                Selama menunggu waktu giliran di panggil, aku terus saja berjibaku dengan setumpuk pertanyaan-pertanyaan yang menghujam diriku. Hari ini banyak mobil-mobil mewah yang turut bertengger di tempat parkir. Semua mobil mewah itu adalah mobil pasien. Mereka yang menaki mobil mewah itu kebanyakkan lansia yang memiliki sakit stroke. Jelas saja yang membawa mobil bukan mereka yang sakit melainkan anak-anak mereka.
              Anak yang sayang terhadap orang tuannya, menggendong orang tuannya dari mobil hingga kedalam ruang tunggu. Begitu banyak lansia yang sakit stroke terapi hari ini. Aku semakin merinding melihat semua kondisi seperti. Tuhan, kuatkanku dan mereka.
          Semoga kelak jika kedua orang tua kita tak berdaya lagi dalam menitih langkah. Kita tetap menjaga mereka  dan merawatnya sebagai mana ketika kita kecil di rawat mereka dengan penuh kasih sayang. Aamiin.
          Untuk hari ini, aku mendapatkan giliran terapi jam 2 siang. Menunggu sangat lama dari jam 8. Namun, banyak sekali diskusi yang bisa aku lakukan dengan diriku sendiri. Sedikit renungan untuk hari ini, sering kali kita mengisi hari kita dengan mengeluh dan mengeluh. Padahal di luar sana masih banyak sekali mereka yang harus berjuang melawan rasa sakit tetapi mereka masih bisa melewati hari-harinya dengan  sejuta senyum untuk orang-orang terkasih. Sudahkah kalian berucap syukur atas nikmat sehat yang di berikan Allah SWT kepada kita?
          Untuk saat ini aku memang tidak mengerti apa yang sedang bergemuruh dalam jiwaku. Namun, sekuat mungkin aku berusaha untuk terus melangkah meski dalam langkah tatih. Esok hari akan terus ku tuang goresan ini karena aku tau terapi yang harus kujalani ini masih sangat lama.
Aku tidak sendiri, ada mereka dan Allah SWT dalam langkah.
^_^



          
0 Responses

Posting Komentar